Uncategorized

Untuk Para Perempuan, Ini Cara Menjaga Kesehatan Anda saat ‘New Normal’

Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini ‘memaksa’ kita untuk tetap tinggal di rumah. Dalam kondisi seperti ini, kesehatan perempuan bisa jadi yang paling terkena dampaknya saat pandemi. Mengapa? 

Perempuan yang berperan sebagai ibu yang bekerja dituntut untuk lebih pintar dalam mengatur waktu sehingga dapat menyelesaikan tugas kantor dan pekerjaan rumah tangga dalam waktu bersamaan selama menjalani work from home. Tidak sedikit para ibu yang harus melakukan semuanya tanpa bantuan dari asisten rumah tangga. 

Rutinitas tentunya berubah drastis. Mulai dari melakukan online meeting atau conference call, hingga sibuk ‘keluar-masuk’ dapur menyiapkan makanan untuk anggota keluarga. Belum lagi, jika harus mendampingi anak-anak mereka yang juga belajar di rumah dan memastikan mereka menyelesaikan semua tugas sekolah. 

Meskipun para ayah ikut berbagi peran dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, namun ibu tetap berperan besar dalam mengelola rumah tangga sehari-hari. 

Melalui survei terbaru yang dilakukan oleh Kaiser Faily Foundation, Forbes menunjukan bahwa 16% perempuan mengalami kecemasan atau stres terkait Virus Corona lebih tinggi dibandingkan pria, dan hal ini sangat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. 

Tak hanya itu, banyak ibu yang menjadi bagian dari sandwich generation, di mana mereka memiliki dua tanggungan sekaligus: mengurus anak-anak dan juga orang tua mereka yang sudah lanjut usia. 

Oleh sebab itu, masa pandemi ini ‘merampas waktu’ para ibu untuk melakukan perawatan diri, memerhatikan kesehatan, hingga meluangkan me time yang sebenarnya sangat dibutuhkan. 

Ya, para ibu kerap ‘merawat’ semua orang dan seringkali mengorbankan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri. Bahayanya, mereka akan memiliki risiko lebih rentan terkena penyakit. 

Selain itu, selama pandemi ini juga banyak fasilitas umum dan layanan kesehatan yang ditutup, termasuk layanan kesehatan yang dibutuhkan bagi kaum perempuan. Untuk menghindari penyebaran virus, banyak perempuan khususnya para ibu melewatkan pemeriksaan medis rutin yang penting, termasuk program Keluarga Berencana (KB). 

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pun baru-baru ini melaporkan bahwa sebanyak 47 juta perempuan dari 114 negara berpenghasilan rendah dan menengah kemungkinan tidak dapat memperoleh akses kontrasepsi. 

Selain itu, sebanyak 7 juta kehamilan yang tidak direncanakan diperkirakan akan terjadi jika lockdown berlangsung selama 6 bulan. Hal ini tentu dapat menyebabkan dampak besar pada layanan kesehatan. Selama 3 bulan sejak lockdown dan physical distancing berlangsung, lebih dari 2 juta perempuan diperkirakan tidak berkontrasepsi. 

“Pandemi ini memperparah ketidak-setaraan gender. Selain tidak mendapatkan akses kontrasepsi yang baik, jutaan perempuan pun kini berisiko tidak dapat melindungi kondisi kesehatan dan tubuh mereka dengan baik,” ungkap Direktur Eksekutif UNFPA, Dr. Natalia Kanem. 

Apakah kita harus membiarkan kemunduran kondisi kesehatan dan kesetaraan perempuan?

Kesehatan perempuan, terutama ibu memang sangat diutamakan. Konsultasi medis sangat dibutuhkan bagi perempuan untuk memastikan kondisi kesehatan mereka, termasuk saat merencanakan kehamilan. Konsultasi medis juga dibutuhkan para perempuan untuk menurunkan berbagai risiko penyakit. 

Namun, pandemi mengubah segalanya. Kita hampir mengalami kemunduran. Masyarakat hanya mengunjungi Dokter jika mereka benar-benar sakit atau jika terdeteksi adanya kehamilan. Kondisi ini dapat mengancam kesehatan kaum perempuan. 

Lalu, Apa saja cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas kesehatan dan kehidupan perempuan selama pandemi dan saat fase ‘new normal’. Berikut penjelasannya:

1. Lakukan Self-Care (Perawatan Kesehatan Diri Sendiri) dan Catat Gejala yang Dialami 

Aspek penting dari perawatan kesehatan diri sendiri adalah mampu mengidentifikasi secara mandiri ketika ada sesuatu yang salah dengan tubuh Anda.

Jessherin Sidhu, MBBS (Aus), Direktur Medis di Insync Medical, Singapura menjelaskan bahwa di dunia kedokteran, semuanya tentang suatu pola. Misalnya, perempuan mengalami beberapa perubahan tubuh yang terjadi sebelum atau sesudah menstruasi, dan bahkan setelah berhubungan seksual. Beberapa perempuan merasakan lebih banyak keputihan atau infeksi vagina setelah menstruasi, atau beberapa hari setelah berhubungan seksual. Siklus menstruasi, serta kualitas dan kuantitas perdarahannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suasana hati, emosi, stres tubuh akibat olahraga, serta penyakit yang pernah dialami dan obat-obatan yang dikonsumsi.

“Mendeteksi gejala-gejala ini dapat membantu Anda melihat ada atau tidaknya pola suatu penyakit, membuatnya lebih mudah untuk diidentifikasi. Jika ditemukan tanda-tanda penyakit, Anda bisa memberikan informasi tersebut kepada Dokter agar dapat menganalisa pola ini dan melakukan diagnosis yang lebih akurat tentang kondisi Anda.”

Dr. Jess memberikan contoh endometriosis, suatu kondisi ginekologis yang menunjukkan gejala seperti nyeri kronis dan perdarahan menstruasi yang berlebihan. Perempuan dengan kondisi ini mengalami menstruasi menyakitkan yang dapat terjadi sebelum, selama atau setelah periode menstruasi mereka. Rasa sakit ini juga dapat dikaitkan dengan rasa sakit lain, seperti rasa sakit saat buang air besar.

Perempuan diharapkan bisa menggunakan aplikasi atau membuat catatan kalender sederhana, agar dapat melacak gejala yang dialami dan memberikan gambaran kepada Dokter saat konsultasi, misalnya gejala yang dialami berulang-ulang, memiliki pola yang jelas, dan gejala signifikan lainnya sehingga dapat segera dicari solusinya.

2. Perhatikan Kesehatan Reproduksi dengan Program Keluarga Berencana (KB)

Dr. Shilpa Nambiar, Konsultan Obgyn dan Ginekolog dan Spesialis Kedokteran Maternal di Prince Court Medical Centre Malaysia, menjelaskan bahwa sangat banyak pilihan kontrasepsi dan pengobatan. Pilihan tersebut tergantung pada berbagai karakteristik seperti usia wanita, berat badan dan masalah medis yang sudah ada sebelumnya, atau obat yang diminumnya. Hal ini juga tergantung pada pilihan kontrasepsi jangka panjang atau jangka pendek. Ada banyak jenis kontrasepsi, beberapa di antaranya seperti pil, implan hormonal dan alat kontrasepsi yang lebih aman daripada kontrasepsi seperti kondom dan spiral.

Pil adalah salah satu kontrasepsi yang disarankan saat pandemi. Pil adalah kombinasi estrogen dan progestogen atau pil progesteron saja. Jenis pil kombinasi ini bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan jika dikonsumsi dengan benar hampir 99% efektif dalam mencegah kehamilan.

Menurut Dr. Shilpa, manfaat pil kontrasepsi adalah mengatur siklus menstruasi perempuan dan menjadikan menstruasi  lebih ringan dan tidak menyakitkan. Pil tersebut dapat membantu mencegah kanker ovarium dan rahim, serta dapat digunakan sebagai pengobatan untuk menstruasi yang menyakitkan dan sindrom pra-menstruasi. Formulasi pil kontrasepsi memiliki efek samping yang berbeda pada setiap individu.

Ia menekankan bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi sangat penting bagi perempuan dalam membuat keputusan yang sehat untuk tubuhnya. Perempuan dalam hal ini memungkinkan untuk “memilih waktu yang tepat untuk hamil”. Terlepas dari apakah keputusan itu berhubungan dengan aspek sosial, finansial atau untuk memastikan kesehatan yang baik.

3. Manfaatkan Platform digital atau online untuk Sumber Informasi dan Konsultasi

Dokter Boy Abidin, dokter spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dari Klinik Mbrio Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Indonesia, membahas tentang bagaimana teknologi memungkinkan setiap orang untuk dapat mengakses informasi secara online, terutama informasi tentang kesehatan. 

Kita perlu berhati-hati dalam menyikapi akurasi kebenaran informasi yang diberikan maupun yang diterima, termasuk informasi tentang kesehatan yang bersifat hoax serta adanya penggunaan bahasa ilmiah atau istilah medis yang tidak mudah dimengerti oleh masyarakat awam. 

Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan populasi tersebar luas di banyak wilayah dengan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda, maka sosialisasi dan edukasi terkait kesehatan yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia bukanlah pekerjaan mudah. 

Menurut dr.Boy, kita perlu membantu Pemerintah untuk mempercepat penyebaran informasi kesehatan sehingga percepatan menuju Indonesia Sehat dapat tercapai. Untuk mewujudkan misi tersebut diperlukan konsep komunikasi secara digital.

Platform digital berperan penting dalam mendukung perempuan untuk upaya peningkatan dan pencegahan kesehatan mereka. Menurut dr. Boy, di Indonesia hal ini masih menjadi tantangan mengingat pandangan orang awam masih tertuju pada upaya pengobatan dan pemulihan, belum banyak orang yang mau membuka cara pandang dan pikirnya untuk upaya pencegahan.

Dokter Boy menekankan pentingnya tujuan dari penyebaran informasi terkait kesehatan reproduksi dan program keluarga berencana secara online. Harus dipastikan bahwa informasi tersebut akurat dan terpercaya. 

Melalui cara inilah maka dapat dilakukan upaya yang lebih optimal dan sekaligus dapat merubah perilaku masyarakat sehingga perempuan Indonesia dapat secara mandiri dan sadar menjaga kesehatan reproduksinya menjadi lebih baik.

Di Indonesia, contoh platform digital adalah seperti www.bicarakontrasepsi.com untuk belajar lebih banyak tentang informasi seputar kontrasepsi. Ini bisa menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang enggan menjadwalkan kunjungan ke dokter atau bahkan berkonsultasi tentang masalah ini secara langsung.

Sumber daya ini memberikan panduan dan jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan umum tentang kesehatan perempuan dan keluarga berencana. Namun, ketika muncul beberapa pilihan opsi keluarga berencana dan mempertimbangkan pengobatannya, seorang perempuan harus berbicara langsung dengan dokter karena sumber daya digital tidak dapat menggantikan saran ahli.

Dalam kondisi seperti sekarang ini berbicara langsung dengan dokter mungkin agak sulit dilakukan, hal ini bisa dilakukan dengan cara online dengan terlebih dahulu menghubungi klinik dan melakukan teleconsultation atau konsultasi via telepon, whatsapp, dan sarana komunikasi lainnya yang tersedia. Dengan begitu, Anda akan tahu apakah masalah Anda bisa diselesaikan dengan teleconsultation atau benar-benar perlu ke rumah sakit untuk diperiksa secara langsung.

“Saya percaya mengakses informasi dan mendapatkan saran ahli secara online akan lebih efisien dan hemat biaya bagi para perempuan karena dapat dilakukan dari rumah. Selain itu, konsultasi melalui chat ataupun video call, menjadikan kita lebih leluasa saat berkonsultasi tentang topik yang sensitif dengan Dokter ahli di bidangnya melalui platform online,” ungkap Dr. Mae Syki-Young, Ahli Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) yang merupakan Rekan POGS (Philippine Obstetrical and Gynecological Society), anggota PSGE (Philippine Society for Gynecological Endoscopy) dan anggota dari AGSPI (Aesthetic Gynecology Society of the Philippines) di Filipina.

Di negara kita sudah banyak aplikasi konsultasi medis secara virtual yang dilakukan melalui platform yang aman. Sama seperti konsultasi fisik, konsultasi melalui aplikasi ini bersifat pribadi. Pada akhir konsultasi, Dokter akan menjelaskan diagnosis yang sedang Anda alami, dan Dokter mungkin akan meresepkan beberapa obat jika diperlukan, kemudian, obat-obatan yang diresepkan akan dikirimkan langsung ke rumah. Selain itu, Dokter mungkin akan meminta pengguna aplikasi untuk datang langsung ke klinik jika benar-benar dibutuhkan  pemeriksaan secara fisik.

Walaupun aplikasi relatif baru bagi sebagian besar perempuan di Indonesia, platform ini memiliki keuntungan yang signifikan dibandingkan konsultasi tatap muka. Dapat mengurangi risiko, juga lebih mudah dan menghemat waktu, serta tenaga. Perempuan harus terbiasa dengan platform komunikasi ini karena kemungkinan besar akan lebih populer, bahkan setelah pandemi ini selesai.

4. Temukan Komunitas yang Mendukung untuk Berbagi Pengalaman

Seperti halnya dengan Indonesia, kesadaran tentang kondisi kesehatan perempuan juga masih rendah di Malaysia, seperti masih minimnya empati terhadap perempuan yang mengalami kondisi seperti endometriosis. Masalahnya endometriosis sering disalahartikan sebagai nyeri menstruasi yang akan hilang setelah kehamilan.

Melihat minimnya informasi terkait endometriosis menyebabkan banyak perempuan yang ‘menderita sendirian’, Miss Surita Mogan, Presiden Persatuan Endometriosis Malaysia (MyEndosis), membuat komunitas pasien pada tahun 2014 untuk mengajak para wanita lebih peduli tentang topik kesehatan menstruasi, yang sering dianggap hal tabu di Malaysia. Tujuan MyEndosis adalah menciptakan kesadaran dan mendidik masyarakat tentang endometriosis.

“Kami ingin endometriosis bukan hanya sebagai masalah perempuan saja. Perempuan dengan endometriosis adalah seorang istri, ibu, saudara perempuan, karyawan ataupun atasan. Hal ini adalah masalah komunitas yang harus diatasi,” ungkapnya.

Komunitas semacam ini dianggap penting bagi perempuan untuk berbagi pengalaman, menyebarkan kesadaran, dan rasa memiliki dalam kelompok, di mana orang lain dapat berempati dengan rasa sakit yang ditimbulkan baik secara emosional maupun fisik,” tutur Surita.

Perempuan harus memanfaatkan platform digital untuk bergabung dengan komunitas tersebut. Sebagai contoh, Ibu Surita membagikan bahwa MyEndosis mengelola grup Facebook privat MyEndosis dan halaman Facebook Endomarch Malaysia.

5. Ubah Pola Pikir Anda untuk Mengambil Tindakan Tepat Waktu

Terakhir, penting bahwa perempuan perlu membuat keputusan untuk menjaga kesehatan mereka. Peduli dengan kesehatan dapat mencegah hal-hal yang tidak dinginkan sehingga tidak harus dilakukan tindakan pengobatan.

Jika ditanya tentang mengapa perempuan seringkali menunda perawatan atau menunda konsultasi medis tentang masalah kesehatan wanita, Dr. Surasak Taneepanichskul, Presiden Planned Parenthood Association of Thailand, mengatakan bahwa beberapa perempuan takut mengunjungi Dokter untuk pemeriksaan panggul.

Menurut Surita, bagi sebagian perempuan, masalah terbesar adalah ketidak-tahuan. “Perempuan cenderung berpikir bahwa rasa sakit adalah sesuatu yang harus mereka alami. Ini mungkin karena kondisi masa kecil mereka. Mereka diajari sejak kecil untuk menanggung rasa sakit secara diam-diam, terutama rasa sakit saat menstruasi, atau mereka akan mendapatkan ejekan. Persepsi ini harus diubah.”

Perubahan itu perlu, karena konsekuensi yang mungkin terjadi dari menunda konsultasi medis atau pengobatan adalah berkembangnya penyakit yang lebih serius dan lebih sulit untuk ditangani. Dengan melakukan pengobatan lebih dini, berarti dapat mengendalikan kondisi, daripada kondisi yang mengendalikan hidup.

Dalam hal kesehatan seksual dan reproduksi, tidak mencari tahu lebih lanjut tentang pilihan kontrasepsi mana yang tepat bagi perempuan dapat menyebabkan kehamilan yang tidak direncanakan. Pandemi ini telah memberatkan kehidupan perempuan, keluarga, dan mata pencaharian pekerja. Permasalahan yang muncul dari kehamilan yang tidak direncanakan juga dapat memengaruhi kesehatan perempuan dan keluarga secara keseluruhan.

Dikutip dan disimpulkan dari theAsianparent