Artikel

Pentingnya Memenuhi Kebutuhan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Terutama Saat Pandemi

Sebuah studi baru mengungkapkan pentingnya memenuhi kebutuhan layanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi wanita dan anak perempuan selama masa pandemi Covid-19 dan setelahnya.

Dalam studi bernama “Adding It Up”, Guttmacher Institute mendokumentasikan kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi dari 1,6 miliar wanita berusia reproduktif (15-49) di 132 negara pada tahun 2019.

Mereka menemukan bahwa sebanyak 218 juta wanita memiliki kebutuhan akan kontrasepsi modern yang tidak terpenuhi. Selain itu, terjadi 111 juta kehamilan tak diinginkan (KTD) setiap tahunnya di negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah.

Lebih buruknya, ada jutaan wanita yang tidak mendapatkan layanan kehamilan dan pasca melahirkan yang memadai, dengan 16 juta di antaranya tidak mendapatkan perawatan yang seharusnya untuk komplikasi obstetri serius.

Lebih dari 35 juta wanita juga didapati pernah menjalani aborsi yang tidak aman. Sedangkan 133 juta wanita tidak mendapatkan perawatan untuk penyakit seksual menular yang mereka alami.

Padahal, jika seluruh kebutuhan layanan kesehatan seksual dan reproduksi ini dapat terpenuhi; maka kehamilan tak diinginkan (KTD), aborsi tidak aman dan angka kematian ibu (AKI) akan berkurang hingga dua per tiga.

Guttmacher Institute memaparkan:
1. Jika seluruh wanita di negara berpendapatan rendah hingga menengah bisa menggunakan kontrasepsi modern dan mendapatkan layanan kesehatan yang memenuhi standar internasional; maka akan terjadi pengurangan KTD hingga 76 juta, pengurangan aborsi tidak aman hingga 26 juta dan pengurangan AKI hingga 186.000.

2. Pemenuhan kebutuhan layanan bagi ibu dan bayi baru lahir akan mengurangi angka kematian bayi hingga 1,7 juta setiap tahunnya.

3. Jika seluruh wanita di negara berpendapat rendah hingga menengah bisa mendapatkan perawatan penyakit seksual menular yang efektif dan tepat, maka 3,5 juta kasus infertilitas yang disebabkan oleh kencing nanah atau gonore dan klamidia setiap tahunnya akan bisa dihindari.

Memenuhi kebutuhan layanan kesehatan seksual dan reproduksi akan mengurangi KTD, aborsi tidak aman dan AKI hingga dua per tiga. (Guttmacher Institute, 2020)

Menurut perhitungan Guttmacher Institute, sebuah paket layanan yang memenuhi seluruh kebutuhan seksual dan reproduksi wanita di negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah hanya membutuhkan biaya 10,60 dollar AS (sekitar Rp 155.800) per kapita per tahun.

Sebagai gantinya, setiap investasi 1 dollar AS (sekitar Rp 14.695) untuk peningkatan layanan kontrasepsi akan mengurangi biaya melahirkan, bayi baru lahir dan perawatan aborsi yang disebabkan oleh KTD sebanyak 3 dollar AS (sekitar Rp 44.084).

Herminia Palacio, Presiden dan CEO Guttmacher Institute, menyadari bahwa pada masa pandemi Covid-19 ini, para pembuat kebijakan sedang berusaha menghadapi berbagai kebutuhan yang mendesak.

Namun, data menunjukkan bahwa kebutuhan wanita dan anak-anak akan layanan kesehatan seksual dan reproduksi justru menjadi semakin kritis pada masa pandemi ini.

“Kemampuan wanita dan anak-anak perempuan untuk memutuskan kapan dan apakah mereka ingin hamil, memiliki anak yang sehat dan menjalani kehamilan yang sehat. Ini adalah hal-hal yang tidak bisa ditunda hanya karena pandemi,” ujarnya.

Melalui data yang disajikan oleh Guttmacher Institute ini, para pembuat kebijakan akan bisa mengerti proposisi nilai dari memenuhi kebutuhan layanan kesehatan seksual dan reproduksi warganya, dan apa yang bisa mereka dapatkan dengan memenuhinya.

Dr Elizabeth Sully, Peneliti Riset Senior di Guttmacher Institute, juga mengatakan, sangat jelas bahwa kedaruratan kesehatan publik seperti yang kita alami sekarang paling memukul negara-negara dengan sumber daya terbatas, tetapi kemunduran bukannya tidak bisa dihindari.

“Kita tahu dengan pasti, apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi secara dramatis. Gagal bertindak akan mengancam nyawa dan kesejahteraan jutaan orang,” katanya.

sumber: kompas.com